Songkolo Bagadang menjadi salah satu penganan wajib bagi penjelajah kuliner tengah malam di Makassar. Bagi Anda yang kurang tahu, Songkolo atau yang juga kerap disebut Sokko, merupakan sajian nasi ketan hitam atau putih yang ditabur dengan serundeng atau parutan kepala sangrai. Biasanya dinikmati dengan ikan teri asin, telur, dan sambal kuning. Adapun bagadang, dari kata begadang, tentu sudah akrab bagi orang yang terbiasa beraktivitas hingga tengah malam.
Hidangan ini biasanya tidak pernah absen disajikan di acara-acara adat di Sulawesi Selatan. Bahkan untuk acara Maulid Nabi Muhammad SAW, warga biasanya berlomba-lomba membuat Songkolo dengan hiasan beraneka macam. Warung Songkolo di Pannara Antang sendiri merupakan milik Hj. Hania, istri dari H. Said. Songkolo yang dijual di sini adalah Songkolo hitam, disajikan bersama bajabu’ kaluku (sarundeng) dan juku mairo (ikan teri) serta sambel.
Untuk yang tidak suka nasi ketan, jangan khawatir karena ada banyak pilihan menu lainnya. Ada pallubasa, telur asin, mie dan aneka kue modern dan tradisional. Berbagai minuman dingin dan panas juga bisa dinikmati di sini. Selain enak dan mengenyangkan, harga Songkolo yang murah menjadi daya tarik tersendiri. Satu porsi Songkolo Bagadang dihargai Rp. 5.000. Harga ini sudah mengalami beberapa kali perubahan, Tidak menutup kemungkinan besok-besok harga ini akan mengalami perubahan lagi.
Salah satu keunikan warung ini adalah, Songkolo ditimbang terlebih dulu sebelum disajikan. Karena itu banyak orang juga menyebutnya Songkolo timbang. Hal ini merupakan siasat yang digunakan untuk mempertahankan kuantitas dalam setiap porsinya. Mengingat yang bertugas melayani pembeli tidak hanya Hj. Hania, namun bergantian dengan suami, anak atau keluarganya yang lain. Warung ini mulai buka pukul 19.00 hingga 3.00 dinihari.
Meski ruangannya sederhana dan terletak di sebuah gang, warung ini tidak pernah sepi pengunjung. Kadang-kadang orang harus rela antre untuk sekadar mencicipi menunya. Karena buka sampai dini hari, mayoritas pelanggannya dari kalangan yang beraktivitas di malam hari. Mulai tukang ojek, supir taksi, atau mahasiswa. Atau juga dari kalangan lain, yang sekadar ingin mengisi perut sembari menikmati malam. Warung ini biasanya paling ramai di akhir pekan, atau di saat berlangsungnya siaran langsung pertandingan sepak bola yang membuat sebagian orang begadang.
Bahan-bahan
-
Ketan:
-
3/4 liter beras ketan putih/hitam (saya campur dengan rasio 2:1)
-
200 ml santan
-
secukupnya garam
-
Serundeng:
-
1/2 butir kelapa, parut
-
5 siung bawang merah
-
3 siung bawang putih
-
1 sdm ketumbar, haluskan
-
3 lembar daun salam
-
1/2 sdt garam
-
secukupnya gula merah
-
secukupnya air
Langkah
-
Ketan: Rendam beras ketan selama 1 jam. Setelah itu, cuci bersih dan kukus hingga setengah matang. Dalam keadaan setengah matang, pindahkan ketan ke wadah lalu campur dengan santan dan garam, aduk sampai rata. Masukkan kembali ke kukusan, kukus hingga matang.
-
Serundeng: Haluskan bawang merah, bawang putih, garam, ketumbar, dan gula merah. Campurkan bumbu dengan kelapa parut, aduk sampai rata, lalu sangrai di atas wajan. Masukkan daun salam. Agar serundeng tidak terlalu kering, sesekali tambahkan air sedikit. Koreksi rasa, sangrai hingga serundeng matang dan kecoklatan.
-
Sajikan ketan dengan taburan serundeng. Lebih nikmat lagi jika dilengkapi dengan sambel tumis dan sambal goreng teri atau ikan asin. Nyamanna.. :)
Baca Juga :
No comments:
Post a Comment